Saya ingin menulis sedikit tentang ketakutan tentang “kepentingan” yang berada di FH UB, ada sebuah statement menarik di ask.fm sesungguhnya kepentingan tidak separsial itu bahkan ada pepatah yang mengatakan bahwa tidak ada yang abadi selain “kepentingan”, semua orang yang punya pikiran dia pasti punya “kepentingan” dan menurut saya itu tidak masalah selama “kepentingan” itu memiliki nilai kebermanfaatan yang meluas, tidak menimbulkan kesewenangan, tidak menghalalkan apapun hingga menutup mata tentang kebenaran dan kebaikan. Saya percaya sebagai manusia dgn hati sanubari akan mampu memahami konsepsi “kepentingan” tidaklah menakutkan namun bisa jadi menguntungkan.
Kini saya bicara sebagai kader KAMMI sebagai organisasi ekstra kampus yang terlihat menakutkan sampai ada yang berkata “Say No To Omek”, apa ada yang salah ketika Saya dan teman-teman memilih belajar diluar kampus? Memilih sebuah ideologi untuk berproses? KAMMI dan OMEK lain kerap dibilang membawa kepentingan maka saya justru ingin menanyakan “Kepentingan” dari KAMMI apakah yang kalian kuatirkan?
Karena insya allah saya teman-teman di KAMMI memahami konsepsi beratnya sebuah amanah maka niscaya jika ada orang atau golongan lain dengan “kepentingan"nya mau beramanah maka mungkin saya akan mengajak teman-teman di KAMMI untuk fokus di komisariat bekerja dalam tataran masyarakat lebih luas saja bukan hanya dikampus. Toh nama KAMMI sudah punya gaung diera reformasi sebagai penghimpun masa terbesar. Buat apa harus capek-capek keluar uang buat dana kampanye, teriak-teriak dan segala teknik kampanye, jika terpilih mengerjakan sebarek program kerja dan pertanggungjawaban, intinya ketika teman-teman lain bisa main-main kita masih disibukkan. Sungguh yang dilakukan ini adalah upaya menebar kebermanfaatan dalam nilai kebaikan dan kebenaran sebagai bentuk ibadah karena tidak ada satupun keuntungan dunia bahkan yang ada kadang kebencian tanpa alasan mungkin beberapa luka ringan dalam tataran perpolitikan kampus.
Kuatir kalau KAMMI megang lembaga maka akan ada recruitmen sebesar-besarnya. Sekali lagi saya tegaskan bahwa jumlah kader KAMMI tidak sebanyak kader pergerakan lain di Brawijaya. Saat daurah marhalah atau proses pelatihan kader yang diadakan kurang lebih 4 kali dalam setahun, Fakultas hukum hanya mengirimkan paling banyak lima bahkan lebih sering absen dengan atau tanpa lembaga karena proses recruitmen yang benar-benar menekankan pada pemahaman bukan sekadar keanggotaan. Bahkan ketika dikatakan KAMMI memegang lembaga vital di BEM FHUB jaman saya 2012-2013 anak BEM yang mengikutkan diri dalam KAMMI bisa dikatakan hanya satu yaitu saya. Panjang kawan langkah dalam pengkaderan yang mencerdaskan.
Dan tadi saya malah denger selentingan "jangan pilih kami” (ah ntahlah mau mengarah pada KAMMI atau kegagalan memahami tata bahasa) nanti beasiswa tidak cair dimakan atau diambil sama orang mereka, lagi-lagi saya tegaskan nilai Islam yang diajarkan membentuk kader menjadi memahami konsepsi beratnya sebuah amanah dan kita tunduk pada ALLAH, makan uang atau barang milik orang lain itu haram. Setahun saya berproses di BEM sebagai anak KAMMI bahkan saya baru menerima beasiswa PPA Non Akademik saat golongan lain yang memegang. Teman-teman malah melakukan keluhan permasalahan beasiswa ketika dikatakan masa KAMMI tidak memegang BEM, saya ingat betul bersama KAMMI dan beberapa temen independen akhirnya berhimpun menganalisis nama yang tidak pantas dalam menerima beasiswa dan ketika meminta kejelasan justru malah bentakan dan bahkan saya bersama teman saya mendapat kata-kata “kan kamu udah dapet, kenapa masih sewot”. Jika teman-teman rajin lakukan langkah yang sama untuk penerima beasiswa maka pasti menemukan nama-nama ganjil dalam daftar penerima.
Kemudian adalagi slentingan yang membicarakan kepemimpinan BEM (eh anak-anakya masih ngotot BPM RDM jadi semoga tulisan saya berkenaan dengan relevansi nama bisa mencerakan) sebut saja Zubairi Fajar (penyebutan nama tidak bermaksud jelek) kurang mantap karena dia pernah di KAMMI, maka rasanya saya ingin saja posting seluruh data Kader KAMMI Fak.Hukum yang saya punya dari tahun 2007-2012 karena tidak ada nama saudara yang disebutkan. Benar saudara yang disebutkan diatas pernah berafiliasi di barisan perjuangan yang disebut-sebut milik KAMMI, namun sepertinya dia tidak selesai berproses disana karena terbukti yang berproses di KAMMI atau berafiliasi rata-rata sukses menjadi orang baik dikampus maupun diluar yang Alhamdulillah paham bagaimana cara bekerja. Saudara yang disebutkan diatas pun bahkan pernah mengabdi di BEM FH UB pada periode yang katanya dikuasai anak KAMMI dan jika memang tidak dibutakan dia akan memahami bagaimana cukup berusahanya kinerja BEM periode itu untuk bermanfaat bahkan jika diperhatikan dokumentasi program kerja yang masih abadi di google yang bisa dicari dengan keyword BEM FH UB. Sebagai catatan saya masih berusaha berteman dengan bertegur sapa dengan saudara Zubairi Fajar, tapi tulisan bagian ini hanya sebuah klarifikasi atas statement yang saya dengar mengingat menyinggung sebuah gerakan mahasiswa yang telah membina saya.
Jika KAMMI seburuk itu “kepentingan"nya maka tidak akan ada orang diluar pergerakan ini yang berhimpun berjuang bersama untuk pemenangan politik kampus ini, bahkan lebih banyak dari jumlah kader KAMMI sendiri. Kita yang ingin FH terus bergerak lebih baik untuk kebaikan, kebenaran, dan kebermanfaatan berhimpun membawa gagasan kemajuan dalam nama yang berganti rupa dan mungkin akan tetap demikian berusaha menjawab kebutuhan masyarakat FH UB. Maka jangan pahami gerakan ini secara parsial dengan memberikan label seenak perasaan.
Saya tidak akan capek-capek membela KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa) sebagai organisasi, yang saya bela adalah nilai yang terkandung didalamnya selama itu masih sesuai dengan titahNya. Jika memang ada yang salah dari saya, KAMMI, atau gerakan yang melakukan perjuangan maka mari kita bicarakan, ingatkanlah kami sebagai caranya para cendikiawan.