10 Juni 2012

Aku Cinta Tanah Air

Sebuah cerita pendek yang selesai ditulis kelas 3 SMA dalam rangka lomba cerpen harian batam pos. idenya sendiri sih berasal dari sebuah iklan rokok bahwa yang muda belum boleh ngomong, kemudian disalurkan dalam sebuah cerita politik ringan bantuan kak Dhana.

Kehidupan SMP dan SMA ku tidak begitu menarik lagi karena salah satu mata pelajaran favoritku hilang , mata pelajaran yang dapat menyelamatkan nilai di rapot kebakaran merah merona itu, aku sangat merindkuan PPKN yang memepelajari sikap terpuji ketimbang Pelajaran Kewarganegaraan yang berkutat dengan pasal – pasal dan segala macam tentang hukum di indonesia yang kupikir tidak begitu berguna , negara ini tetap saja carut marut tak karuan.


Hari ini aku bersama teman – teman ku mendapat tugas mencari informasi mengenai pemilu , perkerjaan yang sangat meletihkan sejujurnya karena ketika belum masa memilih harus dengan kurang kerjaan duduk bersama para pemilih hanya untuk mengambil photo saja , tapi ya mau bagaimana lagi tugas adalah tanggung jawab yang harus diemban.

"Tami gimana nih sama tugas pemilu kita , mau ke TPS yang mana kita?" tanya Sheryl pada ku ketika berjalan saat pulang sekolah .

"Gak tau lah yang mana aja , yang penting tugas siap , masalahnya gak penting banget kita tahu masalah pemilu orang kita ajah ikutnya masih lama" kata ku yang sembari awal memang sebal dengan pelajaran kewarganegaraan.

"Tapi kan kita juga harus tahu tentang hal yang mengatur kenegaraan kita , siapa tahu kita sebagai generasi penerus bisa memperbaiki nasib bangsa karena ini" tutur Dea panjang lebar.

"Mimpi mu kejauhan De , hidup kita masih panjang , kita kan baru ajah 16 tahun" kata ku membantah pendapat Dea.

"Ya terserah lah , yang penting besok tanggal 9 kalian udah nunggu di halte bus ya jam 7 , kita pergi sama – sama" kata Sheryl sebagai sarana transportasi

"Ok , besok jam 7 ya , jangan telat loh" kata Dea yang menatap jelas kepada ku, dan dalam batin aku hanya bisa berkata "dasar Sok pintar"

Keesokan harinya waktu menunjukkan pukul 06.30 , tiba – tiba aku dibangunkan oleh telpon dari Sheryl.
"ada apa Sher?" jawabku dengan suara mengantuk

"Aduh Tami , hari ini sepertinya aku gak bisa ikut deh, ada acara gitu" Jawab sheryl dengan suara yang aku tak tahu pasti makna nya , aku masih mengantuk , mata saja belum terbuka

"Ya udah gak apa – apa , kan masih ada Dea , Ryl" jawabku sekadarnya

"Makasih ya Tami" dan kali ini aku bisa pastikan nada nya sedikit lega

"Iya sama – sama" jawab ku yang sudah mulai sadar dan tak berminat untuk tidur lagi , Sheryl benar – benar merusak hari libur. Dan sialnya ketika aku bangun aku malah mendapat 3 sms berjejer di HP esia ku.
Tami udah bangun?
Selanjutnya ...
Tami ...
Dan yang terakhir ...
Aduh tam aku gak enk mau ngomongnya
Tapi kayaknya hari ini aku gak bisa pergi ada acara keluarga
Kamu pergi sama sheryl ajah ya , maav y ..
Oh ya cepat bangun , biar sheryl gak nunggu ..

Dan kesemua sms itu datang dari satu orang yang sama DEA.

"Aduh masa aku pergi sendiri , tapi ya sudahlah dari pada tugas gak siap" dan dengan segera aku pun pergi kekamar mandi , setelah berpakaian rapi , aku langsung memberitahukan kepada orang rumah bahwa aku ingin ikut bersama mereka ke TPS.

"Ngapain sih dek kamu ke TPS?" Tanya kak Liza

"Iya nih , belum milih juga" Tambah kak Siti Lagi

"Mama sih seterah kamu aja , yakin mau ikut" mama yang entah kenapa jadi ikut dalam pembicaraan yang tak singkat itu.

"Jangan bawel ya disana , kamu kan paling bosenan" tambah bapak sambil menghirup kopi hangat dan membaca koran dengan kacamata yang melorot sampai hidung.

"Iyaa , aku gak bakal bawel , kalau gak perkara tugas juga males kali" kata ku mengakhiri pembicaraan yang tak singkat itu menjadi pembicaraan singkat. Dan akhirnya setelah sarapan kami semua pun siap menuju TPS.

Sesampai di TPS , aku langsung mencatat semua nya yang aku lihat mengambil photo setelah di ijinkan dengan kamera canon kesayanganku , tapi ternyata Proses Pemilu tidak secepat yang aku bayangkan , aku ingin pulang hanya saja dari TPS kerumah itu lumayan jauh , maka aku hanya bisa diam.

***

HP ku bergetar , kulihat ada beberapa sms dari rekan – rekan politik ku , semuanya nyaris sama yaitu motivasi , nasihat dan pertanyaan mengenai pidato besok , segera kubalas dengan cepat sms itu tanpa ku tahu pasti apa makna sms tersebut karena orang tua terkadang lebih pandai bermain peran , mungkin sudah banyak makan asam garam tapi menurutku pengalaman tidak tergantung berapa lama kita hidup tapi seberapa banyak yang kita serap dari pengalaman , ada kata – kata dari sebuah novelis C.S Lewis "pengalaman adalah guru yang paling brutal tapi dari situ kita benar – benar belajar" . tapi kenyataan nya umur malah menjadikan orang tua memanfaatkan kesempatan yang ada , memainkan jenis politik busuk , melakukan lempar batu sembunyi tangan. Maka terkadang aku kurang respect dengan orang yang tua , aku akan lebih respect pada orang yang dewasa.

Aku sudah berada disebuah gedung besar seperti audiotarium , ruangan masih sepi walau beberapa calon legislatif telah berkumpul dengan buku agenda yang sangat tebal , aku pun segera mengambil absen dan nomor , aku pun bergabung dengan calon legislatif lainnya.

Aku disini sedang duduk termangu melihat kertas di hadapanku berangka kan DUA … aku sedang memikirkan apa yang akan kusampaikan, aku hanya ingin menjadi pemimpin yang terbaik tanpa harus mengubarkan janji palsu dalam orasi penuh omong kosong, betapa terhenyaknya aku ketika melihat seorang bapak dengan nomor urut 6 bahkan telah siap menyampaikan orasinya dan berlatih dengan mengebu – gebu, mungkin ini yang dibilang yang tua yang berkuasa, yang tua yang berpengalaman.

Masih diam, tak bergerak, nyali ku sedikit cuit ketika teringat "Yang muda belum boleh bicara", tapi apa benar semua anak muda harus diam kalau ada yang salah. Aku jadi terkenang peraturan MOS semasa SMA, kalau senior selalu benar, dan akupun tertawa dalam diam.

Tiba saatnya aku maju ke podium untuk menyampaikan pidatoku, Pramana memegang pundakku , meyakin kan aku sebagai seorang teman , akhirnya aku pun maju walau penuh tatap heran , semua seperti mengangga aku tidak siap karena aku maju tidak mengunakan naskah atau bahkan teknik ekstampora ( catatan kecil ) "saya tak punya janji tapi hanya punya misi, saya hanya ingin membuat bangsa ini maju, dan misi itu adalah misi besar dan hanya saya dan tuhan yang tahu , karena bila saya beritahu pada kalian , saya takut memberikan kalian harapan tinggi"

Ketika aku kembali bersama Pramana , hanya satu kata yang dia gumamkan "kamu sudah bertindak lebih dari umurmu , aku senang berkerja sama denganmu" . kulihat sejenak hening . ekspresi bingung mengudara , pikiran bercabang antara akulah anak muda penerus bangsa, tapi ada pula yang meremehkan aku karena aku masih muda, belum punya pengalaman untuk memimpin bangsa. Tapi aku tak peduli, bagiku lebih baik tak punya pengalaman daripada punya segudang dosa karena menjadi wakil rakyat yang mempermainkan nasib rakyat jelata.

Sebulan kemudian, hasil pemilu diumumkan dan aku yang jadi pemenangnya. Jujur, aku terkejut tapi aku senang. Sejuta misi dalam benakku mulai terngiang dan aku akan segera mewujudkan mimpiku bersama dengan patner kerja ku ,Pramana.

Aku langsung membentuk kabinet dengan memilih orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya bukan temanku atau kaki tanganku yang bersedia bekerja dengan hasil maksimal dana minimal. Dua hari kemudian, aku mengadakan rapat besar bersama anggota kabinetku, membahas mengenai misi besar yang akan dibuat demi kemajuan indonesia, rapat berlangsung sesuai rencana tanpa ada insiden anggota dewan tertidur di dalam rapat, ketika pukul 14.00 rapat pun usai , aku pun bersalam – salam dengan anggota di kabinet ku , dan ketika berjalan dengan Pramana keluar dari ruang rapat , seseorang dengan suara berat memanggilku dengan sebutan adik , hal yang aneh , dan tiba – tiba semua langsung berubah aku kembali lagi ke TPS

"Dek kamu ngapain disini ?" tanya petugas KPS

"Eh saya , tadi bukannya saya sudah memimpin rapat kabinet , kok jadi disini" kata ku menjelaskan seadanya.

"Wah kamu pasti mimpi , kamu kan masih kecil masa udah jadi calon" kata petugas KPS itu lagi menahan tawa

"Masa yang tadi cuman mimpi ?" gumamku pelan sembari melihat petugas KPS lagi , dan mengangguk sendiri . tiba – tiba handphone ku bergetar dan kulihat sebaris sms dari dea.

"Tam, gimana tugas pemilu kita , udah siap kan ?"

"Tugas pemilu?" dan aku baru mengerti semua yang telah terjadi , dengan muka merah padam aku permisi kepada petugas KPS dan mencari mobil bapak

"Dari mana ajah sih ?" tanya kakak ku dengan raut muka marah

"Dari menghitung suara" jawab ku dengan sedikit berbohong. Dan tanpa panjang lebar akhirnya kami semua memasuki mobil dan menuju ke rumah, dalam lamun ku hanya ada kata – kata setidaknya hari ini aku sudah punya mimpi , mimpi untuk memajukan indonesia ku tercinta , mimpi untuk menjadi pemimpin yang baik untuk bangsa ku , dan mimpi akan jiwa pemuda cinta tanah air , dan setidaknya mimpi itu terkadang bukan hanya bunga tidur , tapi kemana tujuanmu untuk hidup , terkadang mimpi itu adalah cita – citamu.

Turun dari mobil aku langsung mengetik sebaris sms dan memforward nya kedua nomor, Sheryl dan Dea
Persepsi tentang pemilu dan tata negara agak berubah , ternyata semua itu mengasyikan , kita memang harus peduli dengan negara :).

Kuletakkan handphone ku dimeja , sambil menunggu balasan ku kerjakan tugas pemilu yang di berikan sebelum libur , menatap kedalam laptop sambil bernyanyi.

Tinggalkan gengsi hidup berawal dari mimpi
Gantungkan yang tinggi agar semua terjadi
Tinggalkan semua rutinitas hidup kita kini
Senang bahagia hingga ku mati nanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Variabel : KAMMI dan FH UB (Perspektif Saya) Kaitan Kepentingan

Saya ingin menulis sedikit tentang ketakutan tentang “kepentingan” yang berada di FH UB, ada sebuah statement menarik di ask.fm sesungguhny...