sedikit cerita tentang keluargaku yang sudah cukup lama aku tinggalkan untuk menuntut ilmu, tapi tetap selalu aku ingat karena merekalah motivasiku, aku ingin dengan ilmuku kelak bisa menuntun mereka menuju istana terbaik yang akan dibangun dalam tawa dan bahagia.
mulai dari sosok orang tua yang sangat aku kagumi, mereka idolaku dan mereka motivasi terbesarku untuk tetap bertahan di daerah orang walau dengan jalan yang berbeda dengan yang aku impikan, mereka adalah orang yang selalu menerima aku dengan apa adanya, tetap bangga akan diriku, kasih sayang mereka benar-benar tak terhitung dan tak tergantikan
Ayah, H.Emile Rizal, beliau mejalankan perannya dengan sangat baik, sabar dalam membimbing kami sekeluarga, selalu ada untuk memberikan solusi disetiap permasalahan, satu hal yang aku kagumi dari Ayah yang biasa aku panggil Bapak ini adalah bagaimana sikapnya yang selalu mendahulukan kepentingan orang lain ketimbang dia, aku selalu teringat ketika belanja baju lebaran, Bapak pasti adalah orang terakhir yang memilih barang yang disukainya, dan itu pun sedikit sulit sehingga terkadang harus aku dan kakakku yang membujuknya "ayolah pak udah beli saja"
Ibu, Dra.Hj.Lely Suriati, beliau adalah ibu yang tidak ada duanya, darinya aku belajar bagaimana menjadi seorang wanita yang kuat, pantang menyerah dan tidak pernah melupakan keluarga walaupun dia adalah wanita karier. Mama bukan sosok fashion, lembut seperti ibu-ibu disinetron, tapi Mama punya cara sendiri yang membuat aku dan kakak-kakakku tahu beliau menyayangi kami. Mama adalah orang paling lucu dan unik serta koki handal yang aku kenal,
yang sangat aku sukai dari Bapak dan Mama adalah bagaimana mereka saling melengkapi, bagaimana mereka menjalankan peran mereka dalam keluarga dengan baik dan bahkan masih bisa membantu peran lainnya, seperti ketika Mama harus penataran keluar kota maka Bapak tidak segan-segan untuk mengambil alih pekerjaan runah mulai menggosok baju hingga memasak yang aku akui rasanya selalu enak dan akan membuat orang takjub jika melihat proses pembuatannya yang ajaib. Atau ketika bapak harus kerja hingga malam mama tidak segan-segan menganti gas alpiji sendiri atau menganggkat galon aqua untuk minum
Persaudaraanku berlangsung baik walau terkadang ada pertengkaran kecil, aku adalah anak dari 3 bersaudara, dan menurutku jumlah 3 dalam anak itu sangat bagus karena masing-masing memiliki peran seimbang di mana anak pertama memiliki peranan untuk mengayomi adik-adiknya, anak kedua berperan sebagai penengah dalam keluarga, dan anak terakhir berperan sebagai pembawa keceriaan keluarga.
|
When I was a little |
Kakak Pertamaku Erlyza Mucharani atau aku biasa memanggilnya Norel ini sekarang baru saja menyelesaikan S1 dari jurusan Teknik Informatika dan sebentar lagi akan menikah. Dulu ketika kecil aku tidak bisa akur dengannya, kami tidak pernah dekat karena aku selalu menganggapnya sebagai sosok pengatur dan bawel, tapi ketika aku mulai beranjak SMA aku baru menyadari bahwa dia adalah sosok yang perhatian terhadap adik-adiknya. Aku selalu ingat tindakan bodohnya ketika aku tenggelam di kolam renang, dia yang menyelamatkanku padahal Dia sendiri tidak bisa berenang.
Kakak Keduaku Siti Rizky Ramdhana ini adalah pencetus nama panggilan untuk aku dan Kak Rani, dia ini sekarang bersama ku di Depok, dia sedang belajar di Universitas Indonesia jurusan Psikologi yang menurutku adalah jati dirinya. Dia orangnya bijaksana, selalu menjadi tempat cerita keluarga dan bisa memberikan solusi, menurutku dia adalah duplikatnya Bapak. Hubunganku dengan kak Dana selalu baik dan dekat, berbeda dengan Kak Rani yang sering mengalami kecekcokan, tapi ketika SMA aku menyadari pola pikir kami berbeda tentang asmara, dimana Kak Dana sangat cuek dengan lawan jenis.
dan Aku sendiri di dalam keluarga selalu dianggap bawel dan periang, sehingga terkadang jika ada keluarga jauh yang datang, aku selalu menjadi tumbal untuk berinteraksi dengan keluarga tersebut. dikeluargaku, aku di anggap teknisi IT sehingga ketika aku tidak masuk UI merekalah yang mensupportku untuk memilih Sistem Informasi di Gunadarma. aku selalu menjadi anak bawang tapi aku tidak pernah kecewa dengan posisi itu malah aku menyenanginya.
Keluargaku Duniaku, aku merasa cukup dengan mereka, mereka selalu membuatku nyaman dan menerima ku apa adanya, tidak pernah menghakimi aku, mereka selalu membuatku tersenyum dan selalu ada ketika aku bersedih, aku ingin bersama dengan mereka di Dunia dan Akhirat kelak.