Epicurus memang mengatakan kematian bukanlah hal yang menakutkan karena ketika dia datang maka kita tiada, paham ini sebisa mungkin kutanamkan karena agamaku juga mengajarkan untuk selalu mengingat kematian. Tapi ntah kenapa aku selalu takut... aku takut akan hal yang akan terjadi setelah kematianku kelak ... kematian yang aku tak tahu tanggal pastinya.
Selalu ku ingat petuah bahwa kematian adalah hal yang paling dekat ... tapi sukar ku terapkan diriku untuk bertindak bahwa kematian bisa datang diwaktu yang dekat pula. Bekalku belum cukup Ya Rabb, aku jamin dengan mudah engkau bisa melemparkanku keneraka, dalam suratku hanya harap doaku memohon ampun masih pantas untuk engkau dengarkan ... dengan suratku hanya harap orang disekelilingku mendoakan aku juga :')
Kematianku mungkin akan jadi pembuktianku, akan jadi impeachment untukku... akan ada apa setelah kematianku, aku belumlah menjadi sosok yang berarti dan tergantikan bagi saudara-saudaraku seiman dan sebangsa.. akankah tangis haru? akankah nafas kelegaan? atau hanya kebisuan seakan aku memang tak pernah hadir dimuka bumi ini ?
Kematianku ingin jadi gerbang mula kehidupanku yang sesungguhnya, gerbang baru bagi orang-orang yang kutinggalkan ... aku harap ketiadaan sosokku akan tetap membuat hidup orang tuaku, keluargaku, rekan-rekan berjalan dengan baik dan lebih baik dan mungkin aku bisa tersenyum dipembaringan ketika didalam keterbaikan mereka masih mampu mengenangku ... aku tak pernah ingin mereka semua hidup dalam keterpurukan.
Ntah apa tujuanku menulis surat ini, sekadar cerita atau sekadar renungan ... tapi yang pasti, aku ingin suratku ini kelak menjadi bukti bahwa aku ingin siap menyambut kematianku, menyambut momentum pertemuanku di kehidupan yang sesungguh sehingga aku siap menjawab pertanyaan dikuburku kelak, siap menemui Rabbiku di surga bersama orang-orang yang aku doakan selalu,, Aamiin :')
Selalu ku ingat petuah bahwa kematian adalah hal yang paling dekat ... tapi sukar ku terapkan diriku untuk bertindak bahwa kematian bisa datang diwaktu yang dekat pula. Bekalku belum cukup Ya Rabb, aku jamin dengan mudah engkau bisa melemparkanku keneraka, dalam suratku hanya harap doaku memohon ampun masih pantas untuk engkau dengarkan ... dengan suratku hanya harap orang disekelilingku mendoakan aku juga :')
Kematianku mungkin akan jadi pembuktianku, akan jadi impeachment untukku... akan ada apa setelah kematianku, aku belumlah menjadi sosok yang berarti dan tergantikan bagi saudara-saudaraku seiman dan sebangsa.. akankah tangis haru? akankah nafas kelegaan? atau hanya kebisuan seakan aku memang tak pernah hadir dimuka bumi ini ?
Kematianku ingin jadi gerbang mula kehidupanku yang sesungguhnya, gerbang baru bagi orang-orang yang kutinggalkan ... aku harap ketiadaan sosokku akan tetap membuat hidup orang tuaku, keluargaku, rekan-rekan berjalan dengan baik dan lebih baik dan mungkin aku bisa tersenyum dipembaringan ketika didalam keterbaikan mereka masih mampu mengenangku ... aku tak pernah ingin mereka semua hidup dalam keterpurukan.
Ntah apa tujuanku menulis surat ini, sekadar cerita atau sekadar renungan ... tapi yang pasti, aku ingin suratku ini kelak menjadi bukti bahwa aku ingin siap menyambut kematianku, menyambut momentum pertemuanku di kehidupan yang sesungguh sehingga aku siap menjawab pertanyaan dikuburku kelak, siap menemui Rabbiku di surga bersama orang-orang yang aku doakan selalu,, Aamiin :')
Saudaraku, ingatlah MATI
Sesungguhnya mati adalah janji yang ditepati
Tapi mengapa kau tak pernah peduli
Engkau lebih memilih dunia yang hina ini.
Dalam doa kau meminta khusnul Khotimah
Tapi pandanganmu akan dunia tak terarah
Kau masih mencari dunia yang belum terjamah
Sehingga lupa keinginanmu meraih Jannah
"selengkapnya dsini"
Sesungguhnya mati adalah janji yang ditepati
Tapi mengapa kau tak pernah peduli
Engkau lebih memilih dunia yang hina ini.
Dalam doa kau meminta khusnul Khotimah
Tapi pandanganmu akan dunia tak terarah
Kau masih mencari dunia yang belum terjamah
Sehingga lupa keinginanmu meraih Jannah
"selengkapnya dsini"
...
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,
dan kematian adalah sesuatu yang pasti,
dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,
adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Selamat jalan,
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.
"Bj. Habibie untuk Ibu Ainun"
Inspirasi tulisan : Renungan malam didepan nisan semu dan lilin Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,
dan kematian adalah sesuatu yang pasti,
dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,
adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Selamat jalan,
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.
"Bj. Habibie untuk Ibu Ainun"
mati itu pasti..
BalasHapusayo siap2 sampai waktunya tiba, :)