13 November 2012

Mengingat Kematian

Kematian itu tidak menakutkan kita
sebab selama kita ada, kematian tidak bersama kita.
Dan ketika ia datang, kita tidak ada lagi
Epicurus


Kehidupan itu bagaikan uang logam yang memiliki dua sisi. ada hitam dan putih, ada senang dan sedih, ada hidup dan mati. kita bukanlah jiwa abadi tapi melainkan jiwa yang memperoleh setitik cahaya dari yang abadi maka dari itu kita memiliki masa sendiri untuk memahami hidup ini untuk menjalani pengalaman yang menjadikan kita sosok manusia.

Dikisahkan bahwa malaikat maut (Izrail) bersahabat dengan Nabi Ya’kub AS. Suatu ketika Nabi Ya’kub berkata kepada malaikat maut. Aku menginginkan sesuatu yang harus kamu penuhi sebagai tanda persaudaraan kita.

Apakah itu? tanya malaikat maut. Jika ajalku telah dekat, beri tahu aku. Malaikat maut berkata, Baik aku akan memenuhi permintaanmu, aku tidak hanya akan mengirim satu utusanku, namun aku akan mengirim dua atau tiga utusanku. Setelah mereka bersepakat, mereka kemudian berpisah.

Setelah beberapa lama, malaikat maut kembali menemui Nabi Ya’kub. Kemudian, Nabi Ya’kub bertanya, Wahai sahabatku, apakah engkau datang untuk berziarah atau untuk mencabut nyawaku?

Aku datang untuk mencabut nyawamu. Jawab malaikat maut. Lalu, mana ketiga utusanmu? tanya Nabi Ya’kub. Sudah kukirim. Jawab malaikat, Putihnya rambutmu setelah hitamnya, lemahnya tubuhmu setelah kekarnya, dan bungkuknya badanmu setelah tegapnya. Wahai Ya’kub, itulah utusanku untuk setiap bani Adam.


Kita dan kematian adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan secara tidak langsung Allah selalu mengingatkan kita bahwa hidup di dunia hanyalah sementara, firman Allah : Kematian adalah kepastian yang akan dialami oleh setiap manusia sebagaimana yang telah ditegaskan dalam firman Allah SWT, Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. (QS Ali Imran [3]: 185).

Menurutku yang terpenting dalam hidup ini adalah bukan seperti apa kematian itu menghampiri kita tapi bagaimana kita menyambut kematian, bagaimana kita mempersiapkan diri untuk kehidupan yang sesungguhnya.

People come and go in our life, but their footprints will stay, leaving a mark in our heart, and our life will never be the same again. Because of that, I want to be remembered, not for who I am, but what I’ve done. - Keven, Blogger

Entah kenapa ketika menuliskan tentang kematian yang kuingat bukan sekadar firman allah, bukan sekadar ilustrasi cerita... namun semua pengalaman bagaimana malaikat maut mencabut nyawa orang-orang yang aku sayangi sembari seakan berbisik "kamu pun suatu saat akan kujemput untuk menemui sang khalik" hal yang sama juga aku rasakan ketika berkunjung ke makam "suatu saat kamu pun akan tertidur disini, inilah rumahmu kelak dalam penantian"

Aku ingat bahwa ketika kakekku (Abdul Kadir Abbas dan Muhammad Zubir) meninggal, pamanku meninggal (Ridwan), nenekku meninggal itu ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar maka yang aku lakukan hanyalah menangis.. menangis melihat mereka yang terbaring diam saat itu.. tak lagi tersenyum menyapaku. Aku tidak mengerti mengapa seseorang yang aku sayang harus meninggalkan aku, aku tidak mengerti kenapa sebelum kematian yang dikatakan orang tuaku sebagai tidur panjang harus melalui proses panjang dimana aku ingat kakekku harus bolak balik masuk rumah sakit, pamanku harus cedera berat dalam kecelakaan. aku mengambil teori bahwa kematian itu menyakitkan.

Aku ingat ketika adik sepupuku (Nur Alfisyah) akhirnya menghembuskan nafas terakhir setelah sakit panjangnya selama 7 tahun lebih dan aku menyaksikannya.. ya aku menyaksikan dia menarik napas satu persatu, aku menyaksikan air matanya menetes pelan, aku menyaksikannya dalam diam, walau aku sudah cukup berumur. aku menenangkan sodara-sodara adikku dan keluarga, aku memeluk abangnya yang bahkan tak bisa bergerak, aku mengelus pundaknya sembari berkata "Adik telah tenang disana" . aku kembali mengambil teori bahwa kematian itu menyedihkan.

Aku ingat ketika adik sepupuku (Rofi Zulaikha Rafrimi) yang menghembuskan nafas dikarenakan retinoblastoma, Ia hanya berumur satu tahun, satu tahun yang meninggalkan jejak dalam dihatiku. yang mengajarkan aku bagaimana menikmati nikmat tuhan.. dalam sakitnya dia selalu tersenyum :') aku ingat bahkan dia pernah bercerita "Tadi mata ikha copot kak ...". keyakinan keluarga bahwa dia masih kecil dan punya kemungkinan untuk sembuh pun terjawab.. teoriku adalah kematian tidak mengenal umur.

Awalnya aku mengutuki kematian hingga akhirnya aku sadar kematian memanglah awal dari segalanya, dari kematian membuat seseorang mengakhiri penderitaanya.. tak bisa kubayangkan ketika orang yang telah meninggalkanku harus tetap hidup dalam kesakitan. kematianlah yang mengajarkan kita untuk menghargai waktu, kematianlah yang membuat kenangan terasa lebih berarti. dan sekarang aku bersyukur pernah menjadi bagian hidup dari keluarga yang aku cintai yang telah meninggalkanku --> semoga Allah memberi yang terbaik untuk kita semua.. aku ingat wajah mereka yang damai, tersenyum manis menyebut kematian :') aku ingin menceritakan pengalamanku melihat kematian tapi aku tau semua juga memiliki pengalaman yang sama.


4 komentar:

  1. aduh.. jadi kepingin nangis :'( tapi iya, gue setuju, kematian adalah garansi kehidupan bisa jadi lebih berarti. tapi kematian bukan akhir, iya kan? karena kematian hanya awal dari dimulainya 'perjalanan' lain.. semoga nanti diujung perjalanan-perjalanan ini, kita semua berkumpul di surga dalam keadaan bahagia dan lengkap, tanpa kesakitan, tanpa kesedihan. amiiin.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seperti kata epicurus kematian tidaklah menakutkan :)
      Amin ya allah semoga kita semua berkumpul dengan kebahagian hakiki dari sang pencipta ... you only live once, use it

      Hapus
  2. kematian itun sesuatu yang pasti terjadi, bagaimanapun usaha kita untuk mengindar.. topik ini, slalu bikin sedih, tapi lewat itu kita juga belajar ikhlas.. keep smile hun, :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yeah hun :) hadapi semua dengan senyuman dan jangan lari !!! mari kita buat hidup kita sehidup mungkin hhe

      Hapus

Variabel : KAMMI dan FH UB (Perspektif Saya) Kaitan Kepentingan

Saya ingin menulis sedikit tentang ketakutan tentang “kepentingan” yang berada di FH UB, ada sebuah statement menarik di ask.fm sesungguhny...