25 September 2014

Lari

Kita pernah dilukai. Oleh ucapan orang lain.
Kita pernah ingin mati. Oleh tatapan orang lain.
Kita pernah ingin pergi. Oleh ketidak pedulian orang lain.
Kita ingin hujan-hujanan biar air mata kita tidak terlihat.
Kita ingin sendiri biar sedih kita tidak diketahui.
Kita ingin orang lain pergi, sebab mereka tidak peduli.
Hidup ini sulit bila kita terus menerus sibuk memikirkan apa kata orang.
-Kurniawan Gunadi

Rasanya ketika mengalami hal tidak mengenakkan diri hal pertama yang dipikirkan adalah lari, berhenti, mundur, putar arah, kabur. Tapi sadarkah ketika kita sedang memikirkan hal demikian kita sedang menghabiskan energi berpikir yang seharusnya bisa dialokasikan untuk melanjutkan perjalanan, karena kamu tau untuk melakukan sebuah pelarian akan sangat banyak persiapan yang harus kamu pikirkan dan itu hampir sama besar dengan persiapan untuk terus maju. jadi ketika memilih untuk lari coba tanyakan hatimu karena Insya Allah dialah pemberi fatwa terbaik karena merupakan titipan ilahi :)


Aku ini pernah berapa kali ingin berhenti, lari, kabur atau mengalami hal demikian ... Alhamdulillah itu semua hanya berhenti dikata "pernah" :D

    Ketika saat kecil ketika begitu marahnya Aku dengan keluarga ketika keinginanku tidak dipedulikan, sekonyong-konyong aku mengambil koper merah bekas mainan legoku, aku mulai menghitung berapa banyak yang harus kubawa karena aku memutuskan untuk kabur dari rumah (Hahaha kejadian ini sejujurnya saat aku berumur 5 Tahun). Yang terjadi adalah koper merah itu tidak terisi sama sekali karena tidak sanggup menampung persiapan kabur, bayangkan saja berapa bahan makanan yang harus dibawa, mainan kalau sepi, baju, terus juga harus bawa selimut biar bisa dijadikan tenda untuk berteduh, kan gak ada kerjaan untuk anak umur 5 Tahun. Simplenya adalah aku keluar kekamar senyum dan meminta mainan baru yang lebih bisa dibeli haha :D soalnya kalau kabur bisa jadi gelandangan sekarang.
    Saat dipendidikan dasar aku lebih sering ingin tidak sekolah ketika bermasalah dengan teman atau uhuk lawan jenis hahah masih labil gitu, yang paling aku ingat adalah ketika SMP suasana dikelas sungguh tidak mengenakkan ketika aku mengakhiri sebuah hubungan dengan temanku yang lawan jenis dan jadilah aku terkadang dibully atau diomongin pedas. Tapi ketimbang mengurus pindah sekolah dengan alasan yang klise aku akhirnya bisa memilih untuk senyum dan meminta maaf saja terserah toh dia mau memaafkan atau tidak dan yang pasti ketika kelas 2 dan 3 aku tidak bertemu dengan teman-teman yang sama lagi, dan di SMA juga dia yang akhirnya merapat padaku :p, coba kalau aku kabur pindah sekolah aduh dimana harga diri ini.
    Aku pernah punya teman dilingkungan SMP yang sedang ada masalah keluarga dan ingin kabur, dia sudah matang menemuiku dengan ransel katanya ingin mengajakku sebagai temannya untuk mencari kost2 terdekat. tapi pada akhirnya yang aku bicarakan adalah "Coba dipikir dulu, kamu udah nemuin kerja belum dan paling banter juga cuman loper koran atau tukang cuci piring, siapkah? kost2 itu bayar tiap bulan, kamu siap kalau tiba-tiba diusir? kalau sakitnya kambuh gimana harus minum obat? hmm coba dipikirkan dulu baru kabur ya" dan Alhamdulillah sekarang dia sudah kuliah gak jadi kabur untuk jadi loper koran dengan kehidupan mandiri.. semua hanya butuh proses
    Perkuliahan adalah lingkungan paling sering lari, kabur, berhenti dkk itu terlintas dan aku pernah hampir melakukannya dengan mengirimkan pesan singkat pada tetuaku di kampus sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk mengirimkan pada satu orang yang aku percaya dan beliau mengatakn "dipikirkan dulu yat, pergilah sejenak tapi pulanglah dengan keadaan lebih baik" (sesungguhnya beliau gak ngomong sehalus itu hahaha), ah terlalu banyak ceritaku diperkuliahan ingin kabur dari lingkungan, dari matakuliah, dari amanah, dari kekecewaan dengan teman. Dulu aku bahkan sampai ngeluh capek tapi akhirnya diketusin sama seniorku "kamu capek apalagi aku, kita semua capek" #jleb, dulu juga pernah ketika aku bilang ingin berhenti malah dijawab gini "kamu pengen berhenti, ada jaminan kamu gak menemui masalah baru, masalah tetap aja cuman kemasannya aja yang beda, lebih baik kamu bermasalah ketika memperjuangkan kebaikan". Dan Akhirnya aku memutuskan mencoba bertahan dan semoga kebertahanan ini tidak sia-sia bagiku dan sekitarku, terkadang tangis keletihan selalu lebih baik
    Aku punya kerabat keluarga yang dulu subhanallah militansinya tak perlu diuji, dari berpanas-panas dijalan berorasi hingga duduk rapi dalam majelis ilmu. kekecewaan terhadap sistem memutuskannya untuk berhenti dan cenderung berkata ketus pada sistem, yang aku permasalahkan adalah ketika dia berhenti maka tak jarang aktivitas kebaikannya yang dulu dia junjung menjadi berhenti, padahal jika dia meneruskan dia akan jadi panutan dan dapat merapikan sistem.
    Aku punya seorang teman diperkuliahan, aku tau kapabilitas nya aku tau betapa besar pengharapan orang padanya itu terlihat dari betapa banyak orang yang kaget ketika kami jalan berdua dan banyak yang bilang "dulu salaman sama cewe aja gak brani ya ampun", betapa mulia akhlak dan penjagaannya yang merupakan kunci utama kesuksesan. tapi tekanan lingkungan membuatnya berhenti berproses dan sekarang yang aku lihat hanya jejak-jejak kapabilitas yang harusnya bisa jadi sebuah tulisan apik bagi kampus kita, bagi perjuangan kita. sejujurnya dia tidak mempermasalahkan dengan keberhentiannya yang menurut dia tepat, tapi menurutku tidak begitu. ada yang berbeda seandainya dia terus, dia akan sangat hebat

Banyak kisah lain dari bertemu yang bertahan hingga berlari, mengajarkan untuk terus maju baik dengan melangkah kedepan atau putar haluan, yang jelas bukan lari, berhenti, kabur tanpa arah sebagai bentuk penyerahan. Bismillah semoga diistiqomahkan karena aku takut betapa cepatnya keinginan untuk berhenti padahal telah dikatakan bahwa tak akan ada kata istirahat hingga kaki menjejak surga:')


You know, you keep hiding from shit in the world, and eventually the world comes to your front door, -The Other Guys

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Variabel : KAMMI dan FH UB (Perspektif Saya) Kaitan Kepentingan

Saya ingin menulis sedikit tentang ketakutan tentang “kepentingan” yang berada di FH UB, ada sebuah statement menarik di ask.fm sesungguhny...