22 September 2014

Pembicaraan

Malam itu, ketika dikira anak perempuannya terlelap. Bapak berbicara kepada ibu di ruang tamu. Tentang segala kemungkinan yang terjadi bila anak perempuan satu-satunya diambil orang. Tentang sepinya rumah ini. Tentang masa tua. Tentang hidup berumah tangga. Kukira bapak berlebihan. Tapi warna suaranya menunjukkan kepedulian .Aku yang sedari tadi pura pura tidur, mendengarkan. Semoga aku bertemu dengan laki-laki yang lebih bijaksana dari bapak. Karena aku membutuhkan kebijaksanaannya untuk memintanya tidak meninggalkan bapak dan ibu sendirian.Ku harap ada yang menga-aamiin-kan.- Kurniawan Gunadi

Umurku sudah 21 Tahun, polapikirku bukan lagi tentang sekadar besok mau main kemana, besok pakai baju apa, enaknya makan dimana, bla..bla hhe terkadang aku merindukan polapikir masa lampau yang begitu polos, lugu, dangkal dan sebagainya. Umurku kini 21 Tahun, aku mulai memikirkan tentang sekitarku, aku mulai memikirkan tentang orang tuaku lebih sering dari biasnya, memikirkan hidupku yang bukan sekadar main, bermain, atau dipermainkan *loh

Pembicaraanku dengan kakak sudah lebih luas diumur 21 ini, bukan lagi sekadar tentang ada film bagus, artis ini sama artis ini, baju ini lucu. Akhir-akhir ini selain membicarakan tentang ideologi kita juga mulai menceritakan tentang orang tua, mulai berpikir begitu banyak terkadang memberi hadiah untuk teman dan tambatan hati *emang punya yat? haha tapi rasanya bisa dihitung jari pemberian pada orang tua. terkadang pembicaraan ini juga berlanjut pada bapak dan mama tentang hidup dan cara untuk hidup.
Pembicaraan 1 dengan Mama :
M : Dek, dimalang rajin shalat tak? jamaah tak? | A: Insya Allah ma tapi kalau jamaaah dimasjid jarang hhe, kenapa ma? | M : Biasakanlah, nanti kalau udah besar jadi gak ngeluh kalau harus nemanin mama sama bapak jamaah dimasjid kayak gini |A : Maksudnya gimana itu? | M : jangan biarin mama atau bapak pergi sendirian ... tiba-tiba mata kami tertuju pada seorang bapak tua renta berjalan perlahan mengangkat sarung hendak pulang setelah tarawih, sendirian.

Pembicaraan 2 "aku lupa dengan siapa" tapi ada bapak disitu dan ada mama juga :
D : Kayaknya kak dhana mau kerja dulu dijakarta, prospeknya besar disana | A : Kalau dapet orang sana gimana dan? | D : Suruh ngikut kebatam :P | A : Ragu deh, adat sono kan kita ngikut suami | M : Udahlah selesai lulus pulang aja, cari orang sini dan hidup disini | D, A : Ciyee mama takut jauh | M : Ah gak tuh biasa aja, jakarta tuh gak enak *Mendadak OOT | B : "Aku tau dari raut mukanya cemas ketika mendengar nama mas ini mas itu, nama pria dalam hidup aku dan Dhana, bapak hening, memilih sibuk dengan Omar

Pembicaraan 3 dengan Bapak - Kondisinya itu bapak lagi dikerokin dan setelah rapat RW :
B : merah yah punggung bapak | A : Iya, emang knapa sih paj musti dikerok | B : Biasalah orang tua, batuk aja suka lambat sembuh

Seringkali pembicaraan ku dengan Dhana bertemu dalam titik syukur dianugrahi keluarga seperti ini, namun sering kali akhir ini pembicaraan kami menunjukkan kepada tanda-tanda ketuaan pada orang tua kami, menuju pada seperti apa hidup kedepan menjadi orang tua dan bersama orang tua. Mendadak ada ketakutan terselubung dalam diriku, pembicaraan dalam hatiku mengema ketakutan : Aku takut melihat rambut putih, garis kerut diwajah, senyum dengan gigi tak lengkap itu, atau bau minyak dan obat-obat yang harus digunakan orang tuaku, aku takut mereka pergi dan rasanya aku belum siap dan mungkin tak pernah siap :'(

Pembicaran 4 dengan Indri
A : Dek jadi kak iwan jadi walimu kalau nikah | I : iya, kan papa udah gak ada dek | A: Dek, seandainya bapakku meninggal trus waliku siapa? aku kan gak punya abang | I : Pamanmu dek, yang ada hubungan darah.

Hening dalam pembicaraan 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Variabel : KAMMI dan FH UB (Perspektif Saya) Kaitan Kepentingan

Saya ingin menulis sedikit tentang ketakutan tentang “kepentingan” yang berada di FH UB, ada sebuah statement menarik di ask.fm sesungguhny...