"Saya akan mengatakan kepada seluruh aktivis muslim, jangan pernah mereka merasa sempurna. Karena stiap kali orang merasa sempurna, saat itu ia berhenti bertumbuh. Dia berhenti berkembabng..” ~Ust. H.M Anis Matta,
Naya tak bisa diam, tangannya mencoret-coret segambleng strategi yang ingin dilaksanakan. Naya bergegas menuju agenda yang bukan hanya ada satu dalam aplikasi reminder di HPnya, sesungguhnya Naya sudah belajar tentang mana prioritas namun tetap saja dia mengusahakan untuk hadir tapi terkadang dia tidak bisa hadir karena acara lain. Forumpun dimulai dan Naya sudah tidak sabar untuk berkomentar apapun seperti sekedar menyampaikan pendapat atau kritik. Naya merasa puas sudah memberikan kontribusi dan Naya merasa berhak mendapatkan balasan, Naya sibuk mengatur agenda lain serta waktu diskusi lain sembari tersenyum menatap CV yang sudah seabrek pengalaman itu, Naya ingin membukti pada seorang senior bahwa dia bisa.
*** Yang Sebenarnya Terjadi ***
Naya bukan konseptor maupun mesin yang handal, tapi dia hanya terlihat seperti itu. Naya terlambat panas, terlambat memaknai makna kehadiran dan terlambat memaknai prioritas. Naya seringkali lupa bahwa diam adalah emas maka tak jarang Naya justru malah menyakiti teman seperjuangan padahal seharusnya sebelum bicara Naya harus mempertimbangan mudhrat dan manfaatnya, maka tersakitilah temannya dengan semacam hal yang sebenarnya pernah Naya alami "selama ini tidak ada tiba-tiba saja baru memberikan bantuan atau merombak konsep". Balasan? Naya lupa kalau perjuangan ini tidak ada balasan kecuali pemahaman makna lillah, Naya lupa kalau amanah takkan salah memilih pundak dan masing-masing punya porsinya. Naya bukan siapa-siapa melainkan duri dalam daging perjuangan yang telah dirintis rapi oleh tetua bahkan tetua yang tidak sukai itu selalu mengawasinya meski bukan dengan cara yang Naya suka.
*** Diseberang Sana ***
Selalu ada yang mendoakan Naya untuk selalu bergerak, berproses, menuju arah perbaikan... dan Naya paham itu, dan Naya senang meski terkadang diseberang sana dalam ruang segiempat dia sering merasa bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa yang pantas meniti perjuangan ini :')
Allah SWT akan senantiasa menguji antum pada titik terlemah antum. Orang yang lemah dalam masalah uang, namun kuat dalam masalah jabatan dan wanita, tidak di uji dengan wanita dan jabatan. Orang yang sennatiasa mudah tersinggung dan pemarah, maka akan di uji oleh Allah dengan dipertemukan dengan orang-orang yang senantiasa membuatnya tersinggung dan marah. Sampai ia berhasil memperbaiki kelemahannya itu dan tidak lagi mudah tersinggung dan marah. Sampai ia berhasil memperbaiki kelemahannya itu dan tidak lagi mudah tersinggung dan marah. Seorang yang senantiasa berlambat-lambat dalam dakwah karenaalasan “istri, mertua, tamu” akan senantiasa dihadapkan dengan alasan-alasan itu, “mertua datang, tamu datang silih berganti, yang akan terus menundanya untuk bersegera menghadiri liqoat dakwah, sampai ia bisa mengutamakan agenda dakwah.”
(KH. Rahmat Abdullah, Episode cinta Sang Murrobi)
Suatu hari nanti saat semua telah menjadi masa lalu, aku ingin berada di antara mereka, yang bercerita tentang perjuangan yang indah, dimana kita, sang pejuang itu sendiri. Tak pernah kehabisan energi tuk terus bergerak, meski terkadang godaan tuk berhenti atau bahkan berpaling arah begitu menggiurkan. ingin pantas menyebut diri ini pejuang dan langkah ini perjuangan. Keep istiqomah!
P.S : Tulisan catatan ini tentang perjuangan, tapi apakah sebenarnya Naya ikut dalam perjuangan? apakah penulis paham makna perjuangan... ah ntahlah perlu banyak belajar lagi
siapa tuh naya? hhaha
BalasHapus